El-nino, Tingginya Harga Beras, dan Lonjakan Impor

Terdapat tendensi sebagian pihak untuk menganggap wajar tingginya harga beras saat ini dan lonjakan impor beras hingga 3 juta ton dengan alasan faktor iklim akibat el-nino, termasuk dari salah seorang cawapres dalam debat pilpres beberapa waktu lalu. Benar bahwa produksi beras 2023 mengalami kejatuhan akibat el-nino, namun meng-kambing hitam-kan el-nino semata untuk tingginya harga beras dan masifnya impor beras hingga 3 juta ton, adalah sebuah sesat fikir.

Berlanjutnya el-nino hingga awal tahun 2024 ini telah mengubah siklus masa tanam petani, sehingga panen raya yang biasanya di Maret – April akan mundur di April – Mei. Karena itu estimasi penurunan produksi beras dan terus tinggi nya harga beras hingga awal 2024 ini adalah sudah terprediksi.

Yang mengkhawatirkan adalah harga beras terus tinggi hingga kini, sebenarnya telah terjadi sejak pertengahan tahun 2022, sehingga menjadi absurd jika menyalahkan el-nino semata atas hal ini. Kenaikan harga beras yang terus terjadi secara persisten dalam 1,5 tahun ini selayaknya menjadi perhatian sangat serius bagi pemerintah yang membutuhkan perubahan kebijakan secara drastis dalam jangka pendek.

Hingga September 2023 harga beras terus mencatatkan rekor yaitu inflasi beras bulanan mencapai 5,61%, tertinggi sejak Februari 2018. Sebelumnya pada Agustus 2023 inflasi beras bulanan tercatat 13,76% yang merupakan tertinggi sejak Juni 2012. Meski terakhir di November 2023 tekanan harga beras mulai mereda namun harga beras terus bertahan tinggi sehingga tidak mengubah gambaran besar bahwa kenaikan harga beras saat ini secara umum memperlihatkan adanya masalah struktural yang serius.

Berbeda dengan pola kenaikan harga beras sebelumnya, kenaikan harga beras saat ini telah terjadi secara konsisten sejak Agustus 2022 hingga kini Januari 2024. Kenaikan harga beras dalam 1,5 tahun terakhir ini sangat kuat sampai-sampai panen raya di Maret – April 2023 dan impor beras sepanjang 2023 yang menembus 3 juta ton tidak mampu meredakan kenaikan harga beras ini.

Lebih mengkhawatirkan lagi adalah pola kenaikan harga beras ini cenderung memukul masyarakat kelas bawah jauh lebih keras dibandingkan masyarakat kelas atas. Kenaikan harga beras antara Agustus 2022 hingga November 2023 di pasar tradisional mencapai 24,2%, jauh lebih tinggi dari kenaikan harga beras di pasar modern yang hanya 12,7%. Akibatnya, bila di Juli 2022 selisih harga antara beras di pasar tradisional dan pasar modern mencapai Rp 1.655 per kg, maka di November 2023 selisih ini kini hanya tersisa Rp 198 per kg.

Bila di awal Agustus 2022 harga beras di pasar tradisional tercatat hanya di kisaran Rp 11.800 per kg, di akhir November 2023 telah mencapai di kisaran Rp 14.600 per kg. Sedangkan beras di pasar modern pada awal Agustus 2022 masih di Rp 13.300 per kg, k
di akhir November 2023 telah mencapai kisaran Rp15.000 per kg.

Faktor utama kenaikan harga beras ini adalah kecenderungan melemahnya kapasitas produksi beras nasional. Kenaikan Harga beras saat ini memang didorong oleh turunnya pasokan pasca berakhirnya panen raya Maret – Juli 2023 dan kemudian diikuti dengan datangnya el-nino. Namun ini tidak menghapus gambaran besar bahwa ada masalah dalam kapasitas produksi beras nasional kita.

Produksi beras kita stagnan dalam 5 tahun terakhir, dengan kecenderungan menurun, dari 33,9 juta ton pada 2018 menjadi 31,5 juta ton pada 2022. Dan terakhir pada 2023 produksi beras anjlok, diproyeksikan hanya 30,9 juta ton. Tidak heran bila impor beras pada 2023 menembus 3 juta ton, tertinggi dalam 25 tahun terakhir sejak impor beras 4,75 juta ton pada 1999.

Harus ada langkah drastis dalam kebijakan perberasan nasional untuk meningkatkan produksi beras, terutama secepatnya menghentikan alih fungsi lahan sawah dan mengembangkan family farming di Jawa. Masifnya pembangunan infrastruktur dan PSN dalam 1 dekade terakhir terutama di Jawa telah mendorong konversi lahan sawah secara masif. Kebijakan mendorong food estate di luar Jawa sebagai kompensasi atas hilangnya sawah di Jawa adalah kebijakan salah arah dan beresiko tinggi terhadap ketahanan pangan nasional kita.

You may also like...

Popular Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.