Jakarta, CNBC Indonesia – Neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 menjadi pembicaraan banyak pihak sejak dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Khususnya impor, karena bisa menjadi indikator ekonomi Indonesia benar pulih atau tidak.
BPS mengumumkan impor Februari sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dibandingkan Februari 2020 (year on year/yoy). Sementara dibandingkan bulan sebelumnya (month on month/mtm), impor justru turun 0,49%.
Bila kita masuk ke impor barang konsumsi, terlihat ada penurunan tajam 13,78% (mtm) menjadi US$ 1,22 miliar. Tapi dibandingkan tahun sebelumnya justru naik 43,59%. Diketahui awal tahun lalu basis angka neraca perdagangan memang rendah karena pandemi.
“Saya rasa itu lebih ke arah inventory, apalagi impor bahan konsumsi,” ungkap ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/3/2021).
Merunut ke beberapa tahun sebelumnya, saat situasi normal, impor barang konsumsi biasanya meningkat ketika menjelang Ramadan dan Lebaran. Hal ini dikarenakan masyarakat ketiban Tunjangan Hari Raya (THR) dan ada kecenderungan untuk dibelanjakan.
Fithra menjelaskan pemulihan ekonomi sebenarnya sudah mulai tampak di akhir 2020. Makanya perusahaan mulai memasok barang. Akan tetapi, ternyata peningkatan kasus membuat aktivitas kembali dibatasi sehingga pasokan barang menumpuk.
“Kalau kita pasang di garis tren impor secara mtm juga meningkat, penurunan di satu bulan kemudian di bulan berikutnya naik dan turun lagi. Saya kira ini lebih ke arah efek inventory,” jelasnya.
Pada sisi lain, Fithra juga memandang kalangan menengah atas juga masih belum yakin untuk belanja. Kelas ini tentunya memiliki peran besar karena biasanya akan menghabiskan uang untuk barang-barang mewah.
“Willingness to spend dari kalangan menengah ke atas memang masih bermasalah. Karena mereka masih melihat faktor risiko yang besar,” kata Fithra.
Menurutnya ini akan berubah seiring dengan kecepatan vaksinasi oleh pemerintah. Dalam waktu dekat vaksinasi mandiri juga akan dimulai. Sehingga awal semester dua, konsumsi dimungkinkan akan meningkat pesat.
“Saya rasa ini paling lambat semester II 2021 mulai ada peningkatan konsumsi,” ujarnya.
sumber:
16 March 2021 15:02